Datang lebih awal, bukan berarti juga menghalalkan berbagai cara

Masyarakat yang mau dalam berpikir dan berhungan sosial, akan terlihat dari kegiatan harian yang mencerminkan penghargaan kepada kenyaman dan taat aturan. Disiplin merupakan kunci sukses semua kegiatan. Kalau saja orang berdisplin dengan waktu sholat subuh, atau pada sholat yang lainnya, yakini tidak akan terlambat. Berangkat lebih pagi yang terjadwal dengan baik, pasti tidak ketinggalan kereta. Tidak terlambat ke sekolah atau tempat aktivitas lain. Disiplin juga bicara tentang konsisten terhadap aturan. Tidak menggunting meteran, tidak semau gue. Kedisplinan bukan milik perorangan, tetapi milik komunal. Jika saja masyarakat sudah sedemikian disiplin akan banyak bisa dicapai, stress dan kemarahan bisa dihindari. Kalau buat saya tidak menaikan tensi darah. Hehehehe.

Disiplin itu dimulai dari atas ? iyalah kalau kemampuan berpikirnya benar, orang-orang akan memilih keteraturan, taat akan aturan, berusaha menegakkanya dalam kehidupan. Dari pikiran turun ke hati, benar juga karena hati yang tenang itu hanya untuk jiwa yang tenang. Perintah pikiran, disiplin lah. Pakai helm, walau cuma ke pasar atau mengantar anak ke sekoah. Cuma sopir dan pembonceng di belakang, hanya berdua, tidak ada kalimat masih kecil. Sehingga saat naik angkot pun tidak ribut dengan kondektur karena membawa 3 anak kecil, dan hanya membayar satu tiket. Punya bapak moyang loe apa ? hehehehe

Setelah itu perintah ke kaki… yuk jalani dengan baik.

Ketika disiplin di uji adakah orang yang melihat ? Iya, salah satunya diri sendiri. Melawan arah jalur jalan karena sudah dekat gerbang, karena pejabat, karena merasa jagoan, atau entahlah apa pun akan tidak ketika orang-orang di sekitar akan berkata,” wah dia mah biasa lawan arah”. Hadeuh. Padahal masih pagi, yakin nggak ada yang lihat, wkwkwkkw.

Disiplin itu bukan masalah dilihat orang atau tidak, disiplin itu cermin ketaqwaan : Allah melihat apa yang kamu kerjakan, Allah tidak tidur. Jadi orang yang tidak disiplin, paling parahnya : dia tidak percaya Allah maha melihat dan tidak tidur…

Cibinong, malam minggu, ditemani teron yang bocor….

Guru kampung padurenan

Kalimat “NGGAK PENTING”, pernah membuat marah satu komunitas

Salah satu kepala SMA Negeri 8 Jakarta yang juga telah menanamkan banyak pemikiran dan tindakan baik dalam perjalanan hidup saya adalah pak Tulus. Bukan karena beliau satu kampung, warga banyumasan dan sekitarnya. Pemikiran dan ucapan yang sejalan, kemampuan membaca permasalahan secara kompleks, serta penuh kreativitas dalam memotivasi anak. Ada kekurangan pastilah, tetapi itu tidak mayor, dan nggak penting buat saya.

Diskusi yang selalu ada saat perencanaan kegiatan, tidak meletakan beliau dalam jabatan yang harus dilebih-lebihkan. Justru kenyamanan terjadi saat belium meminta kami, para staf untuk berpikiran lepas, seakan kami yang menjadi pembuat kebijakan. Sehingga banyak kegiatan yang bersayap-sayap nggak jelas, sayapnya itu dibuang, khawatir terbang kemana.

Menjadi pemimpin di sekolah yang banyak rekan guru kreatif akan berbeda dengan mungkin rekan guru yang kreatifitasnya belum tersalurkan, belum berani bicara atau memang kehabisan ide. Seperti halnya sebuah kelas, seorang guru juga harus menjadi komposer sebuah syair dalam kelas. Sehingga semua anggota bisa berkontribusi dengan baik sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan dari orkestra kelas. Tidak ego dan tidak meninggikan diri. Satu komando.

Dalam kelas kita sebagai guru akan menemukan ananda yang selalu mau bicara, terkadang memang ada siswa yang secara kemampuan orasinya dan keilmuannya pantas untuk didengar dan diapresiasi. Bisa juga kemampuan orasinya baik tetapi belum pada konten, mereka harus diberikan penguatan bukan dihentikan. Pendidik akan tahu bagian mana yang harus dikuatkan, diberikan pelangi atau dikurangi. Diberikan penekanan dalam kalimat dan gestur tertentu.

Tapi juga akan ditemui para siswa yang pendiam, menikmati orkestra secara pribadi, buat mereka diamnya mereka minimal membuar orkestra bisa berjalan dengan baik. Andaikan pendidik ini mau meningkatkan hasil orkestra, pastinya akan dicari solusinya untuk memberikan nilai lebih pada kelompok ini.

Beberapa kali bertemu dengan peserta didik, yang selalu berkomentar, baik dan buruk. Saya bahagia dengan kelompok ini, berani mengungkapkan dengan modelnya masing-masing. Harus didampingi, boleh jadi perlu didekati, bisa mendapatkan banyak kritikan secara langsung yang akhirnya hanya akan menyampaikan kritikan baik buruk hanya ke saya, nggak kemana-mana. Mereka juga perlu perhatian, jangan sampi orkestra kelas akan tertahan dan mengarahkan perahu ke arah yang salah.

Kelompok anak yang dalam kesadaran tinggi, akan membantu kelas untuk tetap pada arah tujuan, mempercepat perahu orkestra bahkan mengamankan tujuan. Kelompok ini bisa membesar jumlahnya sesuai dengan kemampuan guru untuk mengajak kelompok-kelompok lainnya.

Salah satu trik yang bisa dilakukan dalam pembelajaran, menggunakan model “bermain peran” atau juga “siapa anda”. Ketidak mampuan kita untuk menjadi pemimpin dalam kelas akan menyebabkan potensi kelompok-kelompok dalam kelas akan layu dan menjadi NGGAK PENTING.

Jadi kalau ada sahabat saya yang marah saat saya katakan “NGGAK PENTING”, artinya masih belum terjadi kontribusi positif dari semua anggota kelas. Dan saya yakin anggota kelas tahu juga apa kelebihan dan kekurangan kita, sehingga sebenarnya mereka berperanan penting : mau berkontribusi secara baik benar dan psotif atau…. akan menjadi penghalang.