IPS SMA NEGERI 8 JAKARTA MENGUKIR PRESTASI

Alhamdulillah, IPS SMAN 8 Jakarta pada tahun 2016 ini mengukir prestasi tertinggi di ajang Ujian Nasional 2016. Walau cuma satu kelas dengan jumlah siswa 36, tentunya menjadi kelompok minoritas yang selalu dikuasasi anak-anak IPA yang 9 kelas dengan populasi 324 siswa.

Peringkat 4 Hasil Ujian Nasional Skala Nasional, sebuah pencapaian yang tertinggi yang diraih SMAN 8 selama masa berdirinya hingga kini. Semoga prestasi ini menjadi pemicu kembali kepada siswa-siswa IPA dan IPS angkatan 2017 untuk dapat mempersebahkan yang terbaik bagi almamater tercinta.

peringkat-ips-nasional

sman-8-ips

Kembali sekolah reguler mengalahkan sekolah unggulan

Tahun 2016 ini merupakan tahunnya sekolah negeri reguler dan sekolah madrasah negeri. Hasil Olimpiade Sains Nasional dan Hasil Ujian Nasional telah membuktikan. Keterserapan di Perguruan Tinggi Negeri Favorite secara prosentase memang bagus sekolah unggulan, tapinya tetap saja SMA Negeri Reguler mampu mencapai hasil optimal.

Berikut adalah hasil Ujian Nasioanal 2016 :peringkat-nasional-ipa-2016peringkat-ips-nasional

Sekolah negeri yang sekarang menjadi sekolah reguler tentunya akan berjuang keras untuk membukyikan bahwa mereka cuma “dapat baju baru : reguler” tapi soal prestasi apalagi akademik, nggak mau kalah dengan sekolah sekolah yang memang diciptakan untuk mengumpulakn anak-anak tercerdas di negeri ini.

Pengalaman menunjukkan saat OSN pun, SMA Negeri 8 Jakarta sebagai sekolah reguler di DKI Jakarta mampu menjaid yang terbaik. Sebagai pendulang emas terbanyak di OSN 2016 dengan 4 Emas, 3 Perak dan 3 Perunggu. Hasil ini juga nggak tanggung-tanggung : Emas Fisika, Emas Kimia, Emas Astronomi dan Emas Geografi. Satu medali perak Komputer, satu medali perak Geografi, dan satu medali perak Ekonomi, serta satu medali perunggu Biologi, satu  medali perunggu ekonomi dan satu medali perunggu Komputer.

SMA Negeri 8 Jakarta menutup dengan pengiriman dua siswa ke ajang olimpiade internasional, yaitu IGeO. Alhamdulillah salah satu siswa berhasil meraih Perunggu Tingkat Internasional.

SMA NEGERI DAN SWASTA , IPA ATAU IPS YANG MENJADI JAWARA UJIAN NASIONAL 2016

Sebagai penyemangat para siswa untuk berbuat yang terbaik bagi almamater tercinta. Berikut ini adalah sekolah sekolah yang menjadi jawara di Ujian Nasional baik tingkat DKI atau pun nasional. Sebagai pengajar rumpun IPS di SMAN 8 JAKARTA, ini adalah pencapaian terbaik kelompok IPS… semoga bisa berlanjut,… aamiin

YANG PUNYA KOMITMEN MALAH DITUNTUT LEBIH… LEBAY LOE AH

Setiap komunitas pasti mempunyai ragam dan corak individu. Sejogyanya sebuah komunitas akan mampu berjalan mencapai tujuan jika para anggota komunitas tersebut mampu berkolaborasi memanfaatkan kelebihan dan kekurangan dari tiap individu yang ada. Ada bagian yang penting yaitu toleransi, toleransi akan kekurangan dan toleransi akan  kelebihan semua pihak yang ada. Toleransi ini menjadi penting karena menjaga semua simpul menjadi sadar bahwa kebersamaan mereka dalam perbedaan itulah yang membuat mereka makin kuat.

Seikat lidi akan menjadi sapu lidi, tentunya kita sadar bahwa lidi-lidi yang terikat itu tidak sama panjang,  tidak sama besar dan tentunya tidak sama kuat. Tapi karena tujuan ikatan tersebut jelas, maka kekurangan masing-masing menjadi hilang. Tetapi perlu diingat penghormatan dan apresiasi akan toleransi juga harus menjadi bagian yang penting. Sesuatu yang di luar toleransi jika sebagian pihak menikmati situasi dalam “kenyamanan” sementara sebagian lain tidak dalam kondisi “nyaman”.

Contoh paling gampang adalah KOMITMEN. Lihat saja saat rapat akan dilakukan, banyak para pemimpin menunda rapat, karena sebagian besar anggota komunitas belum hadir. Berpikir rapat sesuatu yang penting dan harus didengar semua nggota , maka rapat ditunda hingga semua hadir. Padahal tanpa sadar yang datang tetpat waktu yang berkomtmen memenuhi undangan dan yang selalu menjaga kete[atan waktu serta penghormatan terhadap komitmen “kewajiban” menjadi salah kaprah. Mereka harus menunggu anggota komuntas yang belum mampu berkomitmen.

Lebih parah saat yang berkomtmen harus “mengalah” dan harus mengubah pondasi dasar, bahwa tidak memenuhi komitmen itu dalam kehidupan sesunguhnya sesuatu yang lumrah. Ayolah jangan keras kepala,…. jangan mau menang… jangan merasa paling benar….

Hahahhaa…. masyarakat tidak sadar sesunggughnya mereka yang berkomtmen tinggi terhadap kehidupan itu pasti menjaga aturan main dan kedisplinan. Kenapa harus mereka yang sudah mempraktekan “kebenaran pilhan hidup” harus menerima “kesalahan pilihan hidup”.

Saya hanya berpikir, ternyata memang banyak orang lebih mampu beradaptasi dengan kehidupan yang kurang baik, kurang benar dan kurang bermanfaat, daripada dengan komunitas yang menjadi agen perubahan kebaikan berkelanjutan…..bukan agen perubahana keburukan berkelanjutan.

Sumpe loe,… loe di bawah standar … hahahhaha

OBROLAN MASA DEPAN,…. HEHEHEHE

Ketika sudah nggak aktif di facebook, banyak banget hal yang membuat saya repot menjadi hilang. Kemaren masih sibuk harus memberitakan tentangg SMA 8… sekarang nggak perlu,.. kemaren masih nulis doa buat teman guru dan anak didik.. sekarang terbatas untuk beberapa siswa… kemaren masih memberi pendidikan sosial kepada masyarakat… sekarang aahhh ngapain ngurusin orang lain… kemaren mencoba berdidir tegak terhadap info miring tentang banyak hal… sekarang NGGAK ADA URUSAN…. hehehe. Tapi akhirnya tergoda juga ketika bicara masa depan siswa,… lah sumber infonya nggak bisa dikatakan BISA DIPERCAYA… kompeten aja nggak… hehehhe.

Bicara tentang UI… kuliah di UI nggak… gagal masuk UI… hehehee…. Bicara SIMAK malah lebih parah… nggak pernah nyoba. Akhirnya keluar semua serba nasehat…. boleh jadi malah nggak benar…. motivasi… motivasi yang nggak berlandaskan pengalaman… lucu juga yaaa.

Bandingkan para bos di kantor yang mencapai posisi kunci dengan perjuangan dan levelisasi dengan para bos kecil yang mungkin nggak punya anak buah yang ternyata levelisasinya bukan pendidikan… bukan pelatihan… levelisasinya adalah melewati har-hari penuh perjuangan. Bos di kantor punya bos lagi… tapi bos kecil..  yaa cuma dia bosnya.

Pengalaman keseharianlah yang akan membentuk seseorang menjadi bos yang sanggup menghadapi banyak hal. Buat saya motivasi tidak akan sama pengaruhnya kepada setiap individu… sudah habis masa motivasi. Sekarang masa membuka mata, melakukan tindakan terencana dan mengevaluasi kinerja.

Lulus pada seleksi masuk perguruan tinggi bukan lagi masalah motivasi tinggi, tapi lebih ke Perencanaan mataang, aktivitas terukur dan evaluasi kinerja. Seorang pemanah akan semakin mahir jika latihan setiap hari…. latihan kosnsentrasi… stamina dan ketenagan…seorang murid cerdas bukan pekerjaan sesaat… banyak membaca… banyak berlatih… banyak mengulang.

Kunci dari lembaga les,… bimbingan belajar… bimbingan tes… yaa perencanaan… latihan terukur… dan evaluasi berkelanjutan. Motivasi bukan hal yang utama…motivasi hanya dibutuhkan … maaf… untuk kelompok yang secara kemampuan dan kekuatan dalam posisi yang kurang baik… kurang stabil… dan hasil terpenting adalah mampu melewati batas minimal.

Pilkada 4 Wajib berkata benar kepada pemimpin meski terasa pahit

Wajib berkata benar kepada pemimpin meski terasa pahit

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ أُنَاسٌ لِابْنِ عُمَرَ إِنَّا نَدْخُلُ عَلَى سُلْطَانِنَا فَنَقُولُ لَهُمْ خِلَافَ مَا نَتَكَلَّمُ إِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِهِمْ قَالَ كُنَّا نَعُدُّهَا نِفَاقًا

Ada serombongan orang yang berkata kepada ibnu umar; kalau kami bertemu dengan para pemimpin kami maka kami pasti mengatakan sesuatu yang sama sekali berbeda dengan apa yang kami katakan bila tidak bertemu dengan mereka (pemimpin). Ibnu umar berkata: hal itu kami anggap sebagai sebuah sikap munafik. (hr. Bukhori)

Ada satu tradisi buruk yang sering kita lakukan ketika kita menghadap pimpinan, yaitu, selalu mengatakan yang baik-baik, yang senang-senang, dan yang sukses-sukses. Tradisi ini bukan saja dilakukan oleh para menteri ketika menghadap presiden, melainkan tidak jarang juga dilakukan oleh rakyat biasa. Jelas, kalu menteri melakukan tradisi buruk itu dengan tujuan menjilat dan mengharap pujian dari sang pemimpin (presiden). Tapi yang tidak bisa kita fahami ternyata tidak sedikit rakyat biasa juga melakukan praktik buruk tersebut. Memang, bila rakyat biasa tidak separah sebagaiman dilakukan menteri, akan tetapi sebuah sikap berdiam diri ketika berhadapan dengan pemimpin adalah sebuah sikap yang oleh hadis di atas bisa dikategorikan sebagai “munafik”. Padahal, bila kita bertemu pemimpin kita, misalkan kita mendapat kesempatan bertemu langsung dengan presiden kita, maka harus kita manfaatkan waktu pertemuan itu untuk mnegatakan yang sebenarnya tentang situasi atau kehidupan rakyat yang dipimpinnya. Di hadapan pemimpin itulah justru sebuah kesempatan untuk mengatakan bahwa, misalnya, rakyat sedang kekuranagn pangan, rakyat butuh pendidikan gratis, rakyat butuh harga murah, dsb. Bila pemimpin yang bersangkutan marah dan mengancaman sikap tegas kita, maka kita jangan sekali-kali mundur, karena itu adalah kenyataan yang sebenarnya. Dan membohongi kenyataan adalah sama dosanya dengan berbuat munafik. Oleh sebab itu, hadis ini sangat relevan dengan situasi indoensia saat ini yang banyak diwarnai oleh sikap kepura-puraan dalam berperilaku dan berkomunikasi dengan pimpinan.

Pilkada 4

Pemimpin dilarang mengambil keputusan dalam keadaan emosional

عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ قَالَ كَتَبَ أَبِي إِلَى عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ وَهُوَ قَاضٍ أَنْ لَا تَحْكُمْ بَيْنَ اثْنَيْنِ وَأَنْتَ غَضْبَانُ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَحْكُمْ الْحَاكِمُ بَيْنَ اثْنَيْنِ وَهُوَ غَضْبَانُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَأَبُو بَكْرَةَ اسْمُهُ نُفَيْعٌ

Janganlah seorang pemimpin (hakim) itu menghukumi antara dua orang yang berseteru dalam keadaan marah (emosional)

Keputusan seorang presiden adalah dasar dari kebijakan sebuah negara. Begitu juga keputusan seorang pimpinan dalam sebuah organisasi adalah acuan dalam menjalankan roda organisasi. Oleh sebab itu, dalam mengambil keputusan atau mengeluarkan kebijakan, seorang pemimpin sebaiknya tidak sedang dalam keadaan “panas”, marah, atau emosional. Hal ini bukan saja ditentang oleh hadis nabi s.a.w melainkan juga dikutuk oleh teori manajemen organisasi. Dalam teori manajemen organisasi dijelaskan bahwa seseorang tidak boleh mengeluarkan atau membuat keputusan dalam keadaan marah atau emosi yang tidak stabil. Bila dipaksakan, maka keputusan itu dihasilakan dari sebuah proses yang kurang matang dan terburu-buru sehingga dampaknya akan sangat merugikan terhadap pelaksana keputusan tersebut.

Meski di dalam hadis ini yang disebutkan adalah hakim, namun secara substansial kita sepakat bahwa dalam keadaan emosi labil, siapapun orangnya, baik hakim, pemimpin, maupun orang awam sekalipun, sebaiknya tidak perlu mengambil keputusan. Banyangkan bila kita sedang bertengkar dengan istri di rumah misalkan, tetapi setelah di tiba di kantor kita disuguhi sebuah persoalan yang harus diputuskan, maka bisa jadi sisa-sisa emosional kita di rumah, secara sadar atau tidak, akan ikut terbawa hingga ke kantor dan mempengaruhi kita dalam memutuskan sebuah perkara. Oleh sebab itu, bila kita hendak mengambil keputusan maka terlebih dahulu kita harus mendinginkan suasana dan menengkan pikiran sehingga semua pertimbangan bisa kita akomodir secara seimbang dan matang.

Hadis ke 37

Hukuman bagi pemimpin yang suka money politic

Rasul s.a.w melaknat orang yang menyuap dan disuap.

Hadis ini sungguh sangat relevan untuk konteks indoensia saat ini, di mana dalam setiap unsur birokrasi kita hampir dipastikan tidak bisa lepas dari yang namanya “suap”. Mulai dari ngurus ktp di tingkat rt, hingga ngurus tender proyek infrastruktur di tingkat presiden, mulai dari pemilihan ketua rt hinhha pemilihan presiden. Semuanya tidak steril dari praktik suap-menyuap. Entah dari mana asal muasalnya, yang jelas praktik suap ini sudah diperingatkan oleh rasul. Itu artinya, sejak kepemimpinan rasul s.a.w, pratik suap ini sudah terjadi, dan rasul turun untuk memerangi pratik kotor ini.

Bila kita memaknai ancaman “laknat” bagi penyuap dan yang disuap sebagaiman hadis di atas, maka sebenarnya ancaman itu menunjukkan sebuah ancaman yang cukup berat. Karena bahasa laknat biasanya bukan hanya berarti hukuman tuhan di akhirat, melainkan juga terjadi di dunia. Kita lihat misalkan dalam kasus kaum sodom yang dilaknat tuhan dengan berbagai penyakit yang menyakitkan dan mematikan, demikian pula setelah di akhirat nanti mereka juga akan kembali dilaknat dengan lebih kejam. Oleh sebab itu, allah tidak akan bermain-main dengan praktik kotor yang menjijikkan ini.

Namun anehnya, banyak di antara orang yang tidak sadar kalau dirinya sudah disuap. Fenomena ini banyak kita temui ketika menjelang pemilu, misalkan seorang kiai/ulama pemimpin pesantren yang diberi (biasanya pakai bahasa disumbang) sejumlah dana oleh partai politik tertentu agar pesantrennya mau mendukung parpol yang bersangkutan. Sang kia sering tidak sadar (atau berpura-pura tidak sadar) bahwa dana sumbangan itu bisa dikategorikan, yang dalam bahasa politiknya, sebagai money politic. Memang praktik “sumbangan politik” ini tidak terlalu kentara sebagai suap, namun bila sebuah sumbangan itu dilandasi oleh kepentingan tetentu dan tuntutan tertentu, maka ia layak disebut suap. Lantas muncul pertanyaan, bagaimana bila sumbangan dana itu tidak disertai tuntutan ? Memang dalam setiap sumbangan, terutama menjelang pemilu, kepentingan dan tuntutannya tidak mungkin dikatakan secara harfiyah atau gamblang. Bahkan bisa jadi seorang politisi pemberi sumbangan itu tidak langsung mneyebutkan kepentingannya dalam menyumbang. Akan tetapi, bila sumbangan itu turun sementara situasi saat itu adalah pemilu, maka sudah bisa dipastikan bahwa sumbangan itu adalah money politic. Oleh sebab itu, untuk menjaga kesyubhatan sebuah sumbangan, sebaiknya kita perlu melacak dulu asbabul wurudnya.

Pilkada 3

Pemimpin sebagai pelayan rakyat

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَنَّ الْقَاسِمَ بْنَ مُخَيْمِرَةَ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَا مَرْيَمَ الْأَزْدِيَّ أَخْبَرَهُ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى مُعَاوِيَةَ فَقَالَ مَا أَنْعَمَنَا بِكَ أَبَا فُلَانٍ وَهِيَ كَلِمَةٌ تَقُولُهَا الْعَرَبُ فَقُلْتُ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ أُخْبِرُكَ بِهِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَاحْتَجَبَ دُونَ حَاجَتِهِمْ وَخَلَّتِهِمْ وَفَقْرِهِمْ احْتَجَبَ اللَّهُ عَنْهُ دُونَ حَاجَتِهِ وَخَلَّتِهِ وَفَقْرِهِ قَالَ فَجَعَلَ رَجُلًا عَلَى حَوَائِجِ النَّاسِ

Abu maryam al’ azdy r.a berkata kepada muawiyah: saya telah mendengar rasulullah saw bersabda: siapa yang diserahi oleh allah mengatur kepentingan kaum muslimin, yang kemdian ia sembunyi dari hajat kepentingan mereka, maka allah akan menolak hajat kepentingan dan kebutuhannya pada hari qiyamat. Maka kemudian muawiyah mengangkat seorang untuk melayani segala hajat kebutuhan orang-orang (rakyat). (abu dawud, attirmidzy)

Penjelasan:

Pemimpin sebagai pelayan dan rakyat sebagai tuan. Itulah kira-kira yang hendak disampaikan oleh hadis di atas. Meski tidak secara terang-terangan hadis di atas menyebutkan rakyat sebagai tuan dan pemimpin sebagai pelayan, namun setidaknya hadis ini hendak menegaskan bahwa islam memandang seorang pemimpin tidak lebih tinggi statusnya dari rakyat, karena hakekat pemimpin ialah melayani kepentingan rakyat. Sebagai seorang pelayan, ia tentu tidak beda dengan pelayan-pelayan lainnya yang bertugas melayani kebutuhan-kebutuhan majikannya. Seorang pelayan rumah tangga, misalkan, harus bertanggung jawab untuk melayani kebutuhan majikannya. Demikian juga seorang pelayan kepentingan rakyat harus bertanggung jawab untuk melayani seluruh kepentingan rakyatnya.

Dalam konteks indoensia, sosok “pelayan” yang bertugas untuk memenuhi kepentingan “tuan” rakyat ini adalah presiden, menteri, dpr, mpr, ma, bupati, walikota, gubernur, kepala desa, dan semua birokrasi yang mendukungnya. Mereka ini adalah orang-orang yang kita beri kepercayaan (tentunya melalui pemilu) untuk mengurus segala kepentingan dan kebutuhan kita sebagai rakyat. Karena itu, bila mereka tidak melaksanakan tugasnya sebagai pelayan rakyat, maka kita sebagai “tuan” berhak untuk “memecat” mereka dari jabatannya.

PILKADA 2

Pemimpin dilarang bersikap otoriter

حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ أَنَّ عَائِذَ بْنَ عَمْرٍو وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ زِيَادٍ فَقَالَ أَيْ بُنَيَّ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ شَرَّ الرِّعَاءِ الْحُطَمَةُ فَإِيَّاكَ أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ فَقَالَ لَهُ اجْلِسْ فَإِنَّمَا أَنْتَ مِنْ نُخَالَةِ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ وَهَلْ كَانَتْ لَهُمْ نُخَالَةٌ إِنَّمَا كَانَتْ النُّخَالَةُ بَعْدَهُمْ وَفِي غَيْرِهِمْ

‘Aidz bin amru r.a, ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata: hai anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda: sesungguhnya sejahat-jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter), maka janganlah kau tergolong daripada mereka. (HR. Buchary, Muslim)