Ketika lelah dan usia bertambah

Pak Nanang almarhum pernah mengajak saya diskusi panjang lebar. Beliau merupakan kepala sekolah yang banyak memberikan saya falsafah hidup yang boleh jadi buat sebagian orang gaya menyampaikan kepada saya seperti berkelahi. Heehhehe. Al fatihah… aamiin yaa pak selalu ada doa buat bapak yang banyak memberikan pembelajaran hidup buat saya.

Di jaman honorer tentunya, saya adalah guru honorer yang banyak tingkah. Pak Nanang pernah berujar : bahwa usia 40 tahun merupakan batas usia ketika manusia memilih menjadi baik atau buruk. Sama halnya ketika rasulullah dijadikan rasul setelah berusia 40 tahun. Di 40 tahun pribadi seseorang akan menentukan menjadi orang baik, orang jahat atau orang munafik. Dikatakan baik ternyata jahat, dikatakan jahat padahal baik.

Yang kedua pak Nanang juga menyampaikan tentang kecerdasan situasional, salah satu karakter pemimpin yang harus pandai membaca situasi untuk menyelamatkan perahu menuju pelabuhan. Saya amat bahagia, pada hal inilah sesungguhnya pak Nanang memberitahu, seperti apa tipikal beliau dalam memimpin. Pemimpin harus menyelamatkan kapal.

Pak Nanang alnarhum menyatakan takdir itu ada tapi bisa kita perbaiki kalau Allah nyaman dengan sikap hidup dan karakter hidup. Di bagian ini saya sampai hari ini belum bisa move on. Saya dikatakan beliau terlalu kaku. Amat saklek. Dan boleh jadi ini yang akan membuat saya tidak akan jadi pemimpin. Saya hanya akan menjadi pelaksana. Ada satu pesan yang beliau sampaikan saat saya dibina di rungan beliau. Bapak harus yakin dengan pilihan hidup, tetapi berpegang teguhlah dengan pilihan itu. Bapak memang nggak akan jadi pemimpin, tetapi akan banyak orang di atas bapak, yang agak agak ngeri dengan karakter bapak itu. Bapak mampu beradaptasi untuk kebaikan, tetapi kalau yang mereng mereng, waduh nggak bisa banget. Dan saya bahagia, walau kami berseberangan, beliau tahu, saya secara pribadi tetap berkonribusi dengan versi saya.

Pernah di masa hidup beliau saya turuti perintah almarhum untuk hadir ke duren sawit, sekedar mengingatkan saya. Itu malam sekaii.

Penulis: wangsa jaya

senang menulis dan berbicara, mulai menulis di SMP Negeri 1 Cikini, menjadi ketua Majalah Dinding. Saat SMA di SMA Negeri 8 Jakarta, sering membuat buletin jum'at hingga kuliah di IPB. Kuliah di UI berusaha membuat buku geografi. Dan baru terwujud saat menjadi Guru di SMA Negeri 8 Jakarta. Sekarang mengelola blog gratisan,.. tetap semangat.

Tinggalkan komentar