Bukan hanya sekedar ide dan solusi

Belajar dari banyak para pelaku sejarah di sekolah tercinta. Untuk tetap berkontribusi di lapak atau meja makan. Dinamika yang ada sesungguhnya adlah ujian keseharian, bagaimana kita berpikir ulang, mengevaluasi dan menentukan rencana tindak lanjut. Berpikir tidak seperti kebanyakan sahabat, kadang harus memilih berseberangan agar tertanntang untuk membuat ide baru dengan alternatif-alternatif yang baru, segar dan membumi. Tidak melupakan sejarah, penghormatan kepada pendahulu, serta tidak selalu berpikiran untuk minta diapresiasi atau pun mencintapkan apresiasi untuk diri sendiri. Dan yang lebih keren tidak membuat informasi menjadi ekslusif, sehingga layanan menjadi berharga dari sisi yang berbeda.

Tidak ada imbal beli atau pun berbayar, karena rejeki dari Allah bukan dari makhluk. Rejeki sudah ada yang atur. Kecuali memang diminta bantuan diluar jam kerja yang sudah terbayarkan negara. Penugasan keluar juga harus seijin pimpinan. Dengan tidak menghalalkan cara, membuat konspisrasi untuk hal-hal yang tidak penting.

Ingat pesan dari satu senior : loe bantu atau pun tidak dia akan lulus, karena memang pintar dan Allah mewujudkannya.

Ide solusi selalu dilontarkan, walau pun terkadang bisa saja mematikan “rejeki” salah satu pihak, pada bagian ini terkadang saya bodoh sekali, Kurang tahu bahwa itu bagian dari “rejeki” oknum. Maaf yaaa.

Selalu berbagi, walau masih ada yang nggak nyaman, pada bagian ini kadang saya pasrah dan hanya menggerlar sajadah. Sajadah yang pakai adalah sajadah yang pernah saya berikan kepada bapak saya, dengan petunjuk ikblat, saat beliau hanya bisa beribadah dari rumah. Yaa salam saat sujud saya selalu mengenang beliau, satu pesannya: jaga diri baik-baik dan jaga keluarga.

Hari ini pun s aya mengenang beliau, atas semua kelakuan yang saya perbuat, apakah saya masih menjadi orang yang berkontribusi positif untuk keluarga dan orang sekitar. Insyaallah aamiin.

Penulis: wangsa jaya

senang menulis dan berbicara, mulai menulis di SMP Negeri 1 Cikini, menjadi ketua Majalah Dinding. Saat SMA di SMA Negeri 8 Jakarta, sering membuat buletin jum'at hingga kuliah di IPB. Kuliah di UI berusaha membuat buku geografi. Dan baru terwujud saat menjadi Guru di SMA Negeri 8 Jakarta. Sekarang mengelola blog gratisan,.. tetap semangat.

Tinggalkan komentar