Mau apa ?

Sewaktu ibu melahirkan, semua hal ibu berikan. Perhatian, waktu, air susu dan kasih sayang. Bahkan beliau rela untuk tidak tyidur amlam itu hanya untuk menjagai agar tangis kita tak akan kembali menggema mengganggu saudra yang lain. Pipis yang mungkin membuat basah pakain beliau atau muntahan bahkan kotoran yang ada bukan menjadi beliau surut untuk tetap menyintai, menyayangi dan membesarkan kita. Ibu adalah manusia setengah dewa. Ibu bahkan rela untuk berhutang mengambil sesuatu di warung sebelah, karena mungkin gaji ayah belum turun. Ibu bahkan rela untuk keluar rumah menimba air agar bisa dimasak agar kita mendapatkan air hangat.  Ibu rela menjatuhkan diri lebih dulu saat kita hampir jatuh. Perasaan yang gundah gulana saat kita sakit atau menangis tanpa henti. Ibu rela menyedot kotoran dari hidung kita yang membuat kita tidak mampu bernapas saat itu. Itulah ibu kita.

Saat usia kita dewasa kita akan mulai menimbang apa yang telah kita lakukan terhadap ibu. Dari membohongi bawa sekolah libur,  guru rapat, bhakan uang sekolah yang tidak dibayarkan. Lagi-lagi ibu menerima itu sebagi, tindakan anak tersayang.  Saat rapor bernilai jelek pun terkadang ibu-ibu serta merta akan membela kita, bahkan menyalahkan sang guru. “ini pasti gurunya yang mengajar tidak bagus. Ibu sudah bayar mahal. Sekolah macam mana pula”

Tetapi di balik itu semua seorang ibu sebernarnya sedang memberikan kita pengajaran hidup yang sesungguhnya. Bahwa kasih sayang, perhatian dan tentunya suara hati adalah segalanya. Anak adalah ladang pahala buat orang tua. Jadi menjadikan anak sebagi manusia yang berguna tentunya membalas kepercayaan Allah akan karunia.